Saturday 30 July 2016

Silence Word

Sejak kapan kita memulai ini? Sajak semu yang bercerita tentang malam. Tentang sebuah cerita haru seusai menunggu. Tentang beberapa perasaan ganjil yang tak bisa kau terjemahkan melalui rangkaian kata. Tentang cerita dimana kau hanya diam, melamun di beberapa jam sebelum kau tidur. Aku ada beberapa langkah dibelakangmu sebelum kau terpeleset. Yang sebenarnya hanya untuk memastikan kau bisa bangkit lagi setelah itu. Dan aku bisa berbalik arah dan meninggalkan.

Seharusnya tak ada yang perlu dijelaskan. Seberapa pekat malam mengurungmu dalam diam. Akan ada waktunya ketika malam hanya tentang beberapa buah lagu dan menunggu. Kita sama- sama pernah menjadi aktor dikehidupan kita masing- masing. Berpura- pura menjadi teman yang supel dan sok mencairkan suasana ketika tak ada sebuah obrolan. Kita pernah sama- sama melalui itu, dan sama- sama pernah terjebak dalam pusarannya. Dan ketika kita berfikir apa ini akan terus seperti ini, jawabannya adalah tidak. Kita tak bisa terus berjalan ditempat. Kemudian waktu berjalan sangat cepat. Seperti siput yang bergegas mencari makan siang, lalu apa yang akan terjadi dengan kita yang masih seperti ini. Waktu tak akan pernah bisa diulang kan? Sedang harapan yang masih banyak tertinggal dibelakang.

Tiga jam dari sekarang, dan aku masih belum mendapatkan kopiku. Ohh. Seharusnya sudah ada yang mengantarkan segelas besar es kopi pesananku. Atau aku tadi lupa memesannya? Penjual itu bukan peramal yang bisa tahu isi hati seseorang.

Ada yang masih harus disimpan disini. Diantara malam yang diam, tanpa ada sepatah kata pun yang keluar. Kita bisa mempertanyakan perihal kenapa ataupun mengapa, seharusnya. Mengungkapkan kata terdalam sebagai ganti perasaan yang hilang. Atau hanya sekedar bertanya kabar lalu berlanjut ke obrolan ringan menjelang tengah malam, mungkin. Dan, apakah selanjutnya akan sama kejadiannya? Atau akan ada cerita lain dari balik layar yang menunggu untuk diangkat ulang?

Tentang sebuah kata yang diam, yang tak seorang pun tahu dan mendengar? Apa kabar?



Wednesday 29 June 2016

Liar

Mengulangi lagi ke jam- jam yang paling membosankan. Tapi kadang itu yang selalu mempertemukan kita disini. Di dunia yang seharusnya tak perlu diseriusi ataupun dianggap serius. Mungkin kita sedang terjebak dalam tumpukan sampah permasalahan sehari- hari. Atau kita yang memang tidak pernah memiliki apapun untuk disibuki. Sekarang, kita sama- sama mencari pelarian. Kita mungkin sama- sama berlari.

Apa kabar sesekali menjadi sapaan ketika teman lama mendadak muncul di timeline kita. Mencari tahu tentang kesibukan apa yang dilakoni sekarang, atau sudah berapa anak yang harus diperlukan. Ini penting untuk sekedar mencairkan kebekuan karena lama tak pernah bertemu dan bertamu. Kesibukan memisahkan insan yang pernah berteman. Meski sesekali waktu bertukar sapa lewat aplikasi chating yang tinggal pilih saja. Semuanya bisa berjalan seperti semestinya, kita dengan kesibukan kita masing masing.

Lalu adakah waktu yang kita buang percuma?
Yang katanya akan serius untuk cita- cita yang diingini. Apakah dalam waktumu, kesibukan begitu menyita waktumu sampai- sampai kau tak lagi memiliki kuasa atas itu. Apa isi kepalamu tak sama lagi dengan yang dua tahun lalu atau beberapa tahun lalu? Apa yang begitu mengganggu isi kepalamu? Adakah uang disana? Atau teman yang tidak melakukan apa- apa? Atau, karena tidak ada apa- apa sehingga itu membingungkanmu untuk kembali kejalan?

Sekali lagi, kosong ini sangat menganggu. Seperti lolongan anjing yang sangat berisik. Seperti petasan- petasan yang meledak. Tapi bukan itu, bukan tentang kebisingan yang memekakan telinga. Tapi tentang sebuah kosong yang kita tidak tahu apa- apa didalamnya. Kosong yang benar- benar kosong. Mungkin seperti itu. Ah, tidak. Mungkin tidak. Tidak ada yang tahu. Dan pura- puralah tidak tahu. Begitu lebih baik. Daripada menjadi sok tahu tapi tidak benar- benar tahu.

Kalau ada yang nanya, apa yang kau lakukan disini? Kita boleh menjawab "berbohong".






Monday 30 May 2016

No Nothing!

Serupa ketika kita tidak bisa melukis hal yang sama dua kali. Kita mungkin orang yang selalu berubah setiap harinya. Kemarin, ketika seseorang menyapamu dengan riang, kaupun menyambutnya dengan riang, ditambah gembira pula. Tapi, hari ini semua berubah. Bukan karena Negara Api menyerang, tapi, ini karena kita memang selalu berubah.

Bagaiman kalau kita berusaha menjadi orang yang sama setiap hari?
Menolak semua ajakan teman untuk sekedar ngopi diluar, menjadi orang yang cuma diam di lingkungan sekitar, menjadi orang yang pura- pura tidak tahu apapun yang dibicarakan orang. Mudahnya, kita mencoba membatasi diri untuk tidak melakukan hal yang sudah sering  dilakukan. Efeknya, tidak membosankan.

Berupaya untuk mengejar hal yang tidak pasti, beberapa orang sudah lelah, dan yang yang lainnya sudah menyerah. Sedangkan beberapa termasuk lelah dan hampir menyerah. Pasrah tanpa menyerah dengan menikmati apapun yang kita punya dan mensyukurinya. Ada kopi ataupun tidak. Ada teman ataupun tidak. Ada uang ataupun tidak. Ada paketan ataupun tidak. Detik tetap berhitung sesuai kronologi. Kewajiban tetap berjalan diiringi tanggung jawab, pas dibelakangnya.

Masih mampukah kita menjadi yang sama setiap hari?
Mencintai apapun tanpa pernah berubah. Menjadi taat berkewajiban dan tak pernah berubah. Menjadi baik tanpa pernah berhenti berbenah.

Sial memang, aku bosan dengan kosong ini.

Saturday 9 April 2016

Apa yang mungkin harus dilakukan?


Bagaimana jika kita bisa mengetahui masa depan?
Sebagai kompensasi atau sebuah anugrah. Rasanya kita tidak akan bisa tenang untuk sekedar minum kopi di sore hari. Karena kita tahu, setelah usia yang berlanjut nantinya, lambung kita mungkin akan membutuhkan perlakuan khusus. Kita mungkin tidak akan nyaman menikmati keceriaan kecil selepas pencapaian hasil. Karena kita sudah keburu tahu bahwa akan ada hal yang lebih sulit yang akan kita hadapai nantinya. Dan sedikit mengejutkan untuk kita tahu seberapa lama kita menikmati apa saja yang kita punya, sebelum kita tidak memiliki waktu untuk itu.

Menarik nafas panjang dan perlahan, sedikit memberi jeda untuk selanjutnya mengeluarkannya juga dengan perlahan dan sok elegant. Rasanya sudah bukan waktunya untuk malakukan hal bodoh macam itu.

Bagaiman jika kita merasa tahu masa depan?
Sebagai wujud ekspresi kita terhadap ketakutan yang kita hadapai. Siapa saja yang merasa sedang sakit parah dan merasa tidak ada harapan untuk kembali normal. Mungkin kita merasa tahu bahwa kita akan berakhir disini. Dan apa yang mungkin harus dilakukan?
Sebuah pertanyaan mungkin wujud dari perasaan takut. Tapi itu juga bukti bahwa ini masih mungkin menjadikan harapan. Apa yang mungkin harus dilakukan? Memperbanyak amal baik dan meningkatkan keimanan kah, mencari ma'af dari semua orang yang pernah ditemui, segera mengucap cinta dengan gebetan yang menganggu pikiran, atau sekedar mengucap satu patah kata untuk sekedar perpisahan? Oohh.

Hari- hari berlalu, apa yang sudah kita tinggalkan dibelakang?
Melihat ke jauh dimasa lalu, kita mungkin akan melihat kita sebagai sebuah kesalahan. Atau mungkin kita bisa saja melupakannya dan menganggapnya seperti ampas kopi. Dan kita bisa membuangnya sebelum menuangkan lagi bubuk kopi yang baru. Atau memang kita yang tidak pintar membuat perumpamaan tentang kopi.

Biarlah, biarlah kopi tetap hitam, pekat, dan gelap. Seperti masa depan itu.

Tuesday 22 March 2016

Seseorang Menunggu Waktu

Seseorang menunggu waktu.
Disela- sela waktu yang pernah menjadi beku, kepikunan, keluguan, keagungan sebuah harapan pernah menjadi hal yang mengagumkan. Memutar lagu kesukaan sambil ditemani secangkir minuman hangat di kala petang sudahlah sangat berharga untuk bisa dinikmati. Beberapa menambahnya dengan membaca buku, berbincang ringan kalo kebetulan lagi ada teman yang tak sengaja datang, dan sendirian.

Siapapun mungkin pernah berharap untuk tidak memiliki satu impianpun. Kalupun tidak ada, aku akan menjadi satu- satunya orang yang seperti itu, berharap untuk tidak memiliki impian.

Seseorang menunggu waktu?
Bersama seorang lainnya yang juga sama. Diantara dinding- dinding yang tak begitu kokoh. Diantara ruas- ruas sela jari yang sedang bermain gitar. Diantara sebuah kerumunan yang sedang membicarakan gosip terhangat. Seseorang selalu memikirkan dirinya dan impiannya. Keraguan dan keyakinan datang bergantian membangun dan menghancurkan. Semua bertaut di wajah- wajah yang pernah aku temukan. Di senyum- senyum sangar para pelancong. Disetiap tetesan keringat yang membaur dengan hasil yang harus disyukuri. Kemana arah angin meniup uap kopi yang kau tunggu dingin itu?

Seseorang menunggu waktu.
Berteman dengan harapan yang sebenarnya menyudutkan. Sementara orang lain lebih santai karena tak pernah memikirkan tentang impiannya.

Friday 19 February 2016

hubungan

Semua subject sudah pernah dipakai dalam setiap usaha. Melakoni adegan- adegan konyol di sela- sela pesan yang akan terkirim, atau ketika tersenyum dan berkata "hai" ketika bertemu dengan dia, seorang yang mengisi waktu kita ketika hendak beranjak tidur. Kita sedang kasmaran dengan orang yang sama, dan disela- sela waktu yang luang, apa kita pernah saling memikirkan?

Beberapa minggu berlalu dan kita mulai saling mengenal. Bahkan entah sengaja atau tidak, sekarang kita memiliki waktu yang relatif sama. Kita sering tak sengaja bertemu di mini market langganan, bertemu di jam- jam senggang di media sosial, dan mengawali basa- basi dengan kata ' hai', dan semua berjalan lancar. Tak ada hambatan, ketika senyum itu menghiasi setiap pertemuan. Kejutan demi kejutan, basa dan basi yang sering terlontar, mata yang tanpa sengaja sering bertukar pandang dan senyuman inipun menjadikan kita menjadi hal konyol yang selalu dirindukan. Kita mungkin saling merindukan.

Tak ada hal sulit jika siapapun memiliki tujuan yang serupa. Tanpa melalui sebuah administrasi yang runyampun, kita akhirnya memutuskan menjalin sebuah hubungan. Kita menganggap bahwa tak ada yang istimewa dari hubungan kita saat ini. Layaknya semua dewasa yang menjalin sebuah hubungan, kita saling mengisi untuk beberapa hal. Kemandirian mengisi waktu luang, memberi prioritas untuk diri sendiri, dan hal lain untuk membuat kita menjadi diri kita sendiri. Hubungan yang tak pernah mengekang, karena kita menyadari, kita adalah kurang lebih warna di bumi, dan orang lain akan datang untuk membuatnya menjadi lebih berwarna. Semua orang berwarna dengan dirinya sendiri, dan kita mempercayai itu.

Waktu terus berjalan, dan siapapun kita, kita memang tak pernah sempurna dengan semua warna milik kita. Kadang ada saja perspektif warna gelap yang muncul ketika kita mencoba memadukan warna kita. Membuat hubungan menjadi muram dan kelabu. Dan kadang juga, kita mendapat warna yang belum pernah ada sebelumnya ketika kita menyatukan satu warna dari kita. Kita menjadi hal yang membuat kita bahagia sesekali waktu. Dan tak pernah melupakan itu, karena siapapun kita, kita layak bahagia dengan diri kita, kan?

Hari berlalu dan kita masih bisa saling percaya tentang apa yang disebut perasaan. Yang seiring waktu menjadi tumbuh dan semakin kuat ini. Terimakasih untuk warna yang tak sengaja kita ciptakan berdua.

Sekarang aku hanya akan tersenyum.