Friday 24 July 2015

Perjalanan Waktu

Kami masih berjalan di manapun kaki melangkah. Di atas trotoar, di tepi kanal kota, di sepanjang garis pantai, dan di sekitar arah yang selalu tak menentu. Apa kami akan berhenti sampai batas waktu yang disepakati, atau kami boleh tak menghiraukan ketentuan yang ditetapkan. Sayangnya dengan segala sikap keras kepala yang kami miliki, kami hanyalah pion yang sedang dihadang tentara hittler.

Kami berhenti dengan berani, dan sayangnya tak menemukan celah apapun untuk tetap bertahan. Apa kami akan kalah?

Disela- sela gurauan ketika lelah datang, aku masih sempat saja memikirkan tentang sebuah perjalanan. Menanti beberapa tiket yang sengaja dipesan.  Apa kau pernah berpasangan? Jawabannya jelaslah tidak. Itu hanya sebuah bumbu agar sedikit sedap dilihat. Ok, kau boleh tertawa.

Dimanapun sekarang, aku ataupun siapapun di seberang jalan adalah bukan siapa- siapa. Dan di sebagian pertemuan ku dengan pantai, air laut yang aneh, dan semua pengunjung yang tampak menikmati acara mereka, aku menikmati apapun yang ada di sekitarku. Sekali- kali kau harus seperti itu, melihat perjalanan waktu memutar senyuman di bibirmu. Kau tak harus bersama dalam sebuah kelompok, tapi itu memang lebih aman jika banyak orang yang kau kenal. Siapa tahu ketika kau berenang tanpa sengaja kau tenggelam. Tenggelam dalam kenangan konyol.

Sejujurnya sebagai pejalan waktu, aku ingin berhenti. Cuma ingin berhenti.

Dan sebagai alasan untuk menguatkan argumentku tentang "berhenti" mulai sekarang aku berhenti.

Huh,, lapar sekali aku ini.



Friday 10 July 2015

Day After Day

Sudahkah kita berdo'a?

Untuk hari- hari yang selalu penuh kejutan. Atau harimu penuh dengan kebosanan? Yang selalu diisi dengan rutinitas lucu sebagai penunjang sebuah tuntutan. Atau mungkin saja kau salah satu pemilik indra keenam yang seringnya mengetahui sesuatu sebelum itu terjadi? Yang katanya hal seperti itu membuatmu terlihat sedikit aneh dibandingkan teman seperjalananmu. Dan juga akan membosankan untukmu. Kita hanya harus berdo'a, teman.

Sesuatu yang menunggumu mungkin saja sudah bosan. Dia ada di toko buku, di angkringan langganan, di depan ruko yang kosong, atau di tempat terbaik yang pernah kalian kunjungi bareng. Menunggu untuk dijemput, menunggu untuk di jadikan pacar, menunggu pinangan dari rekan sekantor, atau menunggu adzan maghrib. Mungkin saja menunggu adalah sebuah rutinitas. Karena setiap hari kita sudah selalu menunggu untuk melakukan Five Time.

Dimana kita biasa bertemu?
Yang secara tak sengaja selalu mendebarkan saja. Di dalam rongga bus antar kota, di dalam barisan ketika upacara, dan kadang dibelakang boncengan pacar idaman. Yang pasti, untuk setiap kisah yang tidak  mengada- ada, selalu ada subjek tak terlihat yang diikutsertakan. Dan pastinya ini bukanlah acara tipu- tipu.

Dan, sudahkah kita berteriak syukur hari ini? Atau kalau kau malu, diam- diam saja juga boleh, kok.!

Wednesday 8 July 2015

Bukan Bagi- bagian

Hai, sudah berapa jam kita tidur?

Kata orang diseberang jalan, tidur adalah hal istimewa yang bisa dilakukan di akhir pekan. Selain badan sudah sangat lelah dengan rutinitas harian, pacar juga tak punya untuk sekedar diajak jalan. Dan seberapa pantas kau untuk bisa kuandalkan. Ceeerrrrsss...

Sedikit mengutip lirik lagu dari band legendaris Sheila On 7 yang masih saja eksis hingga sekarang, yang mana ini sangat berkaitan dengan apa yang akan kita bahas minggu depan. Kalo enggak ya minggu depannya lagi. Tapi kalo masih nggak sempat ya sebaiknya jual saja kesibukanmu di online shop terdekat. So, apa yang akan kita bicarakan di petemuan pertama?

Seberapa pantas.?
Seberapa pantas kita makan di kucingan? Seberapa pantas segelas kopi masuk dengan perlahan di tenggorokan? Seberapa pantas kancing baju yang rontok dan tak sengaja hilang? Seberapa pantas harga dari sebuah pulpen untuk buku tahunan? Seberapa pantas kau mau tidur seharian?

Berangkat dari sebuauh cerita di sore hari yang tak sengaja menemukan sebuah "hal rusak" di layar komputer. Sesuatu yang rusak. Bahkan untuk sebuah sesuatu yang rusak, seharusnya itu tidak bisa rusak. Tidak bisa rusak. Seharusnya tidak bisa rusak. Ahh,, sialan.

Dan tidak ada hal lucu yang bisa diceritakan. Tapi, berusaha lucu juga boleh dilakukan untuk sekedar jadi bahan lelucon. Ditertawakan banyak orang, dibicarakan banyak orang dan kadang ketiduran. Apa kita sudah berusaha? Demi keinginan dan cita- cita yang sempat tertunda, menyesuaikan jadwal dan rencana yang tak bisa sembarangan.

Dan apa kita sudah benar- benar berusaha menyelesaikan bagian kita? Kemudian menyerahkan bagian- bagian yang bukan bagian kita kepada Sang pengatur alam semesta.  Kita tidak pernah tau sampai kita benar- benar berusaha sampai kita tidak tahu kalau kita masih berusaha.

Baiklah, karena hidup bukanlah soal bagi- bagian, mari kita saling berbagi dengan orang sekitar kita. Apapun itu. Makanan, minuman, rokok. Kalo memang sedang failed pooll,, senyum aja juga boleh. Ceeeerrrssssss.....

Sunday 5 July 2015

Senang Aja.

Mendadak menjadi ceria. Sebuah perubahan emosi yang terkesan signifikan dan tidak dibuat- buat. Seseorang melakukan sesuatu, mendengar sesuatu, menyuarakan sesuatu, melihat sesuatu dan kadang membenci sesuatu. Dan menjadi pilihan terakhir adalah ketika siapapun bosan dengan sesuatu. Seperti gadget yang senantiasa menemani hari, menu tambahan makan malam yang pastinya mie instan, atau ketika memang sedang bosan.

Untungnya, seperti artikel yang gue baca kemarin bahwa bosan itu bisa dipilih. He'em, dipilih. Jadi intinya bosan juga sebuah pilihan. Kita bisa memilih untuk bosan, atau memilih untuk tidak bosan. Agak njlimet memang, intinya, kalo siapapun merasa sudah mau bosan untuk sesuatu, tanyakan saja ke diri sendiri. Kenapa bosan? Atau, kenapa lapar?

Sedikit menyimak sebuah perundingan lucu di sebuah aliansi shinobi, rasanya tak perlu ikut campur karna itu hanyalah sebuah fiksi. Memberi batasan untuk diri mungkin bisa menjadi solusi. Apalagi kalau kamu tipe sensitive person, yap orang- orang yang sensitif. Orang- orang yang terlahir dengan kekuatan super berupa ketajaman perasaan. Bukannya menonton fiksi yang menguras perasaan akan membuatmu kepikiran beberapa hari ke depan. Bahkan sampai berharap ingin mengaplikasikannya ke kehidupan nyatamu. So, tragis man. Ini cuma fiksi, dan semua fiksi bukanlah kamu.

Memesan makanan favorit berikut minuman dingin andalan mungkin sebuah transaksi verbal. Ahh,, mungkin saja penjualnya sudah hafal dengan menu pesananmu itu. Dan biasanya mereka pura- pura tidak tahu dengan sedikit berbasa- basi menanyakan hal tentang menu. Asal tidak menanyakan tentang hal yang sifatnya personal, mungkin masih bisa dinetralisir. So cool!

Rasanya mata ini pun sudah bosan membaca rentetan cerita kuno di akhir petang. Ditandai dengan banyak sekali kedipan beberapa menit belakangan ini. Itu cukup membuktikan bahwa mata ini tired. Lelah. Lelah dan tired. Rak keren blas!

Menerawang ke langit dan berdoa semoga esok akan lebih baik. Sebuah harapan yang memang harus tak boleh bosan didengungkan dalam hati setiap mau tidur. Anggap saja ini bukanlah untuk dirimu sendiri. Kau akan cepat lelah jika melakukan semua hal untuk diri sendiri. Untuk teman, untuk pacar, untuk calon pacar, ataupun untuk pacar orang itu sah- sah saja. Asal, orang itu berperan penting untuk beberapa hal yang mustahil dilakukan sendiri. Tapi, apa yang akan musthail dilakukan sendiri? The answer is sharing. Ya, sekedar ngobrol- ngobrol unyu di manapaun itu. Siapapun akan dikira gila jika melakuka itu sendirian, teman.

Dan siapa yang pernah menjadi gila disini?
Aku?