Saturday 9 April 2016

Apa yang mungkin harus dilakukan?


Bagaimana jika kita bisa mengetahui masa depan?
Sebagai kompensasi atau sebuah anugrah. Rasanya kita tidak akan bisa tenang untuk sekedar minum kopi di sore hari. Karena kita tahu, setelah usia yang berlanjut nantinya, lambung kita mungkin akan membutuhkan perlakuan khusus. Kita mungkin tidak akan nyaman menikmati keceriaan kecil selepas pencapaian hasil. Karena kita sudah keburu tahu bahwa akan ada hal yang lebih sulit yang akan kita hadapai nantinya. Dan sedikit mengejutkan untuk kita tahu seberapa lama kita menikmati apa saja yang kita punya, sebelum kita tidak memiliki waktu untuk itu.

Menarik nafas panjang dan perlahan, sedikit memberi jeda untuk selanjutnya mengeluarkannya juga dengan perlahan dan sok elegant. Rasanya sudah bukan waktunya untuk malakukan hal bodoh macam itu.

Bagaiman jika kita merasa tahu masa depan?
Sebagai wujud ekspresi kita terhadap ketakutan yang kita hadapai. Siapa saja yang merasa sedang sakit parah dan merasa tidak ada harapan untuk kembali normal. Mungkin kita merasa tahu bahwa kita akan berakhir disini. Dan apa yang mungkin harus dilakukan?
Sebuah pertanyaan mungkin wujud dari perasaan takut. Tapi itu juga bukti bahwa ini masih mungkin menjadikan harapan. Apa yang mungkin harus dilakukan? Memperbanyak amal baik dan meningkatkan keimanan kah, mencari ma'af dari semua orang yang pernah ditemui, segera mengucap cinta dengan gebetan yang menganggu pikiran, atau sekedar mengucap satu patah kata untuk sekedar perpisahan? Oohh.

Hari- hari berlalu, apa yang sudah kita tinggalkan dibelakang?
Melihat ke jauh dimasa lalu, kita mungkin akan melihat kita sebagai sebuah kesalahan. Atau mungkin kita bisa saja melupakannya dan menganggapnya seperti ampas kopi. Dan kita bisa membuangnya sebelum menuangkan lagi bubuk kopi yang baru. Atau memang kita yang tidak pintar membuat perumpamaan tentang kopi.

Biarlah, biarlah kopi tetap hitam, pekat, dan gelap. Seperti masa depan itu.