Tuesday 30 June 2015

Peran Utama

Permulaan yang baik untuk sebuah pertandingan. Mulai mencetak angka dan bertahan jika diperlukan. Ini sangatlah penting karena ini adalah pertandingan final. And, who's the winner?

Ibarat sebuah kronologi pertandingan dari awal sampai akhir, kemudian apa yang bisa kau cerna dari rangkuman itu. Semua skill dari tiap pemain, atau hasil skor dari tiap pertandingan yang menyita perhatianmu. Kalo aku, sejujurnya lebih tertarik denngan skill yang diperlihatkan pemain, Itu sebuah bukti latian yang keras tentunya. Dan aku suka orang yang tidak mudah menyerah.

Tapi, dalam sebuah drama kolosal mengenai semua cabang olahraga, kenapa si peran utama selalu menang. Itu membosankan menurutku. Seperti contoh dalam serial anime Kuroko no Basket. Meski doi gak pinter- pinter amat mainnya, pasti nantinya bakalan menang. Atau Captain Tsubasa, itu juga sama. Atau ini juga bisa ditemukan dari anime- amine lain yang peran utamanya pasti bakalan menang, sehebat apapun lawannya. You Know?

Tidak penting memang. yang jelas aku menikmati setiap proses itu. Ketika dengan kerennya pengarang bisa membuat siapapun penasaran. Buktinya atau pastinya kalian akan rela meluangkan banyak waktu hanya untuk menyaksikan kelanjutan dari serial yang sudah terlanjur kau tonton. Menikmati setiap debaran yang dicipatakan dari melankolisme drama yang dibuat- buat. Menyikapi semangat yang berkobar yang bahkan sampai mengobarkan semangatmu juga. This is a magic, man!

Tapi, apakah memang seperti itu. Apakah aku atau kamu adalah manusia bentukan, yang akan dengan rela merespon semua emosi dari serial- serial konyol yang mendebarkan itu. Atau itu hanya akan menjadi isapan jempol kakimu saja, yang kadang bau itu. Selanjutnya terserah kalian saja ahh.

Dan, dimenit- menit terakhir sebelum pertandingan usai, sebuah meteor jatuh ditempat pertandingan yang saat itu skor masih 50: 50. Interesting!

Saturday 27 June 2015

Bagaimana Dengan Durian?

Kurasa masih ada banyak rahasia diantara jari- jari yang belum sempat bertaut. Soal mitos pribumi ataupun urban legend yang sangat aneh untuk generasi sekarang. Dan kurasa menjadi tidak tau adalah sebuah bakat alami manusia.

Diberbagai jeda setelah kau mengirim tombol "send" kemudian menunggu umpan balik dari operator langganan mengenai pesan itu, kau masih saja antusias menyaksikan layar handphone mu yang tiba- tiba mati. Mendadak awan gelap mulai ramai mendatangi kos- kosanmu. Ya, mereka adalah teman- temanmu. Beberapa orang pengganggu, beberapa orang sok tau, beberapa orang yang hanya ikut- ikutan, dan beberapa orang lucu. Kau sering memutuskan sesuatu ketika sedang memikirkan banyak hal, tapi hanya aku yang bisa menjangkaumu di ruang pribadimu. Aku banyak mengetahui rahasia.

Soal jam tangan yang beberapa hari lalu kau baru membelinya, itupun tak jadi masalah ketika ini membahas perihal ukuran. Tanganmu yang lebih kecil dari siapapunlah yang menjadi pertanyaan. Dan berlanjut ketika soal makan- memakan menjadi sebuah pertanyaan. Sebenarnya banyak makanan favoritmu. Aku mengetahuinya dari catatan perjalananmu lusa. Apa yang paling membuatmu senang, guggup, gak nyaman dan harus dengan cepat mengambil keputusan. Apalagi kalau bukan soal makan?

Dibeberapa jam setelah kau berinteraksi dengan memo harian, banyak udara segar akan sangat berguna untuk melakoni drama musikal berikutnya. Sedikit rentangkan tangan dan tarik nafas dalam, dan jangan lupa menghembuskannya. Pelan- pelan saja, tak usah kau terburu- buru. Bahwasannya memang inilah waktumu. Dan untuk beberapa yang masih tersisa di dalam hatimu, biarkan saja itu. Kelak siapapun akan kembali merindukan beberapa jam yang sudah dihabiskan hanya untuk saling menyapa. Tidak baik jika ini hanya soal pertemanan. Tapi juga bukan soal sealot statistika.

Lumayan menguras tenaga untuk hal yang kotor. Bermain di luar rumah saat siang hari, saat panas bisa menjadi masalah untuk kulitmu yang tanpa body lotion. Untungnya ini bukan soal dribbling bola yang sering membuat resah lawanmu, atau soal bedak foundation yang habis karena memang sudah waktunya. Ini lebih ke jawaban yang harus kau pertanggungjawabkan nantinya di depan teman- temanmu. Bagaimana mengambil senyum dari satiap muka yang akan kau tatap. Ini tak perna sulit untuk mu, bukan?

Dan, bagaimana dengan durian?
Samapai sekarang aku masih tak tega memakannya.

Tuesday 23 June 2015

Kaki Kecil: Prioritas

Kaki Kecil: Prioritas: Bulan yang penuh berkah untuk umat muslim. Selamat melakukan rutinitas tahunan yang nantinya akan ditutup dengan pesta yang besar. Dan s...

Prioritas

Bulan yang penuh berkah untuk umat muslim. Selamat melakukan rutinitas tahunan yang nantinya akan ditutup dengan pesta yang besar. Dan saya akan termasuk di dalamnya.

Beberapa hari yang sudah dilalui, di langit malam ini kita bisa menyaksikan dua planet yang cuma numpang lewat. Sedikit mempunyai cahaya yang lebih terang dan menimbulkan pertanyaan. Tapi bagi sebagian gadis kecil, itu tidak lebih menarik dari bermain petasan di malam hari.

 Mengakhiri sebuah moment kekurangan cairan dan berharap mendapat teman bicara untuk hal- hal tidak penting. Keseringan berhadapan dengan layar membuat mata sedikit kabur. Bahkan untuk hal yang tidak penting, ini sangat mengganggu pikiran. Dan acara buka tutup, keluar masuk, dan seterusnyapun berlanjut sampai episode ke tahap jemu. Sayangnya untuk hal ini aku tak pernah menjadi pembosan. Entah kenapa ini menjadi sebuah periode klasik dalam jamuan makan seseorang.

Sebuah prioritas.

Kurasa kambing memang tak punya prioritas. Kambing yang serupa tutup flasdisk yang tertinggal di warnet. Si pemilik awal yang pasti tak akan pernah kembali untuk mengambilnya lagi. Tersisa pengunjung lain yang mungkin akan bersikap acuh ataupun tak acuh. Kembali tutup flasdisk dipertanyakan tentang prioritasnya. Dan prioritas yang pernah bersahabat dengan tutup flasdisk yang tertinggal di warnet menjadi dongeng tanpa ucapan terimakasih di bagian penutup.

Dan untuk pembukaan malam nanti, kurasa selimut akan berperan penting di malam belakangan ini. Tak usah malu mengakuinya, semua koran bekas juga tau kalo cuaca sedang sangat dingin. Dan menghadapi sisa air yang sudah hampir kering itu pastinya dijadikan sarang nyamuk. Mereka akan berkembang biak dengan sangat keren dan banyak. Dengan ini selimut akan masuk prioritas teratas dalam berbagai pilihan untuk kedua faktor alam tersebut. Interesting.

Sebagian ruangan yang tertutup rapat membuat semakin jauh. Tak saling mengenal tapi saling sok tau. Banyak acara tebak- tebakan yang berakhir dengan jawaban pura- pura "iya". Bahwa seseorang memang seperti ini, atau seseorang harus berpura- pura seperti ini. Atau, bahwa ini memang tak pernah menjadi prioritas.


Thursday 11 June 2015

Awal Minggu

Berjarak beberapa denting waktu dari sekarang, kita pernah mendengar celoteh anak berbakat. Apakah itu akan menuju masa depan? Ataukah akan kembali ke masa lalu? Atau mungkin saja kembali ke awal minggu di minggu kemarin.

Aku mengingat sesuatu tentang anak itu.

Awal minggu ku awali dengan pergi ke jembatan perumpamaan. Mengikuti jejak kaki- kaki kosong yang bertabur dan beku. Kaki kaki yang dengan sengaja membuat perumpamaan menjadi jalan yang harus dijalani. Aku terkejut ketika anak itu bahkan tak memiliki apapun. Tak memilki perumpamaan apapun untuk dirinya sendiri nanti. Dia sibuk dengan dirinya dan arena bermainnya. Dia sibuk untuk tidak memikirkan apapun. Anak ini adalah pelaku yang tulus nantinya. Aku bertaruh.

Minggu kedua di di bulan kemarin, aku menyapa taman pertimbangan. Menyimak perintah dan larangan sebagai lanjutan peran sebelumnya. Mempermainkan aroma- aroma apa saja. Ini membosankan, dan tidak aku lanjutkan. Soal anak itu, biar saja.

Minggu berikutnya, tak sempat aku pergi kemanapun.

Minggu terakhir, jalan- jalan mungkin bisa menemukan apa saja. Sebenarnya yang dilakukan anak kecil itu adalah untuk orang lain. Dia selalu menang dalam setiap permainan. Dan dia selalu dipuji karena itu. Seperti kisah Aoime, bahwa selalu menang tidak terlalu baik untuk si pemenang. Anak kecil itu akhirnya menurunkan standart dirinya dalam melakukan apapun. Agar apa? Agar dia tidak lagi dipuji dan agar dia dirasa sepadan dengan teman yang lain. Lagi- lagi dia melakukannya untuk orang lain.

Lain kali kalau aku bertemu anak bodoh itu, aku akan memberikan arloji yang mati agar dia memperbaikinya. Dia adalah patokan untuk orang lain, jadi sampai kapanpun dia tak boleh berhenti.

Monday 8 June 2015

Pukulan

Sepertinya lari sore sudah menjadi rutinitas seseorang belakangan ini. Pagi bekerja dari pukul tujuh sampai pukul empat sore hari. Berkeringat sudah pasti karena ini pekerjaan lapangan. Apa yang tersisa dari perdebatan dengan diri sendiri yang tak pernah menemui titik ujung? Siapapun atau barang kali teman terbaikmu pernah bercerita tentang berbagai hal yang rumit, soal kehidupan, asmara, hal gila,dan tentang minuman kesukaannya. Itu sangat membutuhkan waktu, kurasa.

Dan ada hal yang disayangkan dalam kekeliruan yang jauh ini. Seharusnya sudah kudaratkan pukulanku tepat di dagumu. Agar kau sadar betapa kuatnya kamu, dan agar aku sadar betapa kuatnya pukulanku. Tak ada yang menang karena siapapun masih berpegang pada hal yang dipercayai. Pukulanku ataupun pertahananmu, seharusnya itu tak pernah diadu.

Siapapun sudah memulai banyak pertarungan, dan, aku akan memukulmu!



Friday 5 June 2015

Pesan Kecil

Periksa kembali pesan sebelum kau kirim ke temanmu. Mungkin saja ada tanda baca yang keliru. Atau ada kata yang bisa saja membuatnya tersipu, dan malu tentunya. Setiap hari kita menghabiskan waktu kurang dari lima menit hanya untuk berkirim pesan. Dan ini adalah cerita bohong.

Beberapa abjad mungkin pernah menjadi bentrok searah jarum jam, melilngkar di tengah tenggorokan dan terasa segan untuk diucapkan, bahkan dalam kelihaiaan salah seorang mencari kata terbaik, siapapun, kita masih gegabah. Bukan soal tanda baca, atau kesalahan typogenik yang kadang menghampiri jari mungil kita dalam menulis pesan online, tapi siapa kitalah yang selalu berbelok dan berbalik arah. Dan kadang mengejutkan.

 Sedangkan pelajaran dari guru bahasa yang mengharuskan kita untuk benar. Intonasi, penulisan, makna dan juga kecenderungan dalam hal pengolahan kata. Sayangnya, kita tak pernah diberi kesempatan untuk tau banyak hal mengenai apa. Tentang perandaian yang kadang terbuka satu sama lain. Kita banyak berteman dengan orang- orang yang lucu dan menyimpan pesona, diantaranya membuat malam- malam kita panjang, memikirkan keseharian kita nantinya. Apa kita bergerak?

Bukankah kekeliruan teks di layar bisa ditoleransi dengan sikap mengarang bebas? Menerka- nerka beberapa maksud yang kadang memang dibuat- buat demi kepentingan pencitraan, dan juga antisapasinya. Tapi, siapaun akan sibuk dengan cerita bohong di antara baju yang masih kotor. Pura- pura mau mandi padahal sudah mandi. Agar supaya diingatkan. Pura- pura lapar padahal baru saja makan. Agar supaya diperhatikan. Memaksa.

Tapi, disebelah kotak masuk pesan yang mendebarkan, akan ada rasa bosan karena siapapun memang tak pernah ada. Permisi dan saling melewatkan beberapa jadwal jam tanda bertemu. Lalu, si pemilik kekuatan super itu bergerak maju, bukan untuk meninggalkan siapapun. Tapi, dia perlu melihat jalan.

Monday 1 June 2015

Sudah ku bilang aku tak suka pisang.

Selasa malam yang menyesatkan.
Sudah saatnya sebuah kegemaran dijadikan modal jalan- jalan.

Aku pernah berharap dalam sebuah perjalananku, aku bertemu penjual kelucuan. Kau tahu dia kan? Setiap apapun yang keluar dari dirinya, adalah sebuah tawa untuk orang lain. Bahkan tawa itu akan bertahan dan berulang. Sietiap dia bicara, berjalan, jongkok, melompat, berdiri dan lelah, dia akan tetap membuat tertawa. Terlalu berlebihan untuk diberitakan di media lokal. Tapi sejujurnya, ketika siapapun melihat dia menangis, ketika aku melihat dia menangis, sejujurnya itu tak kan mungkin. Karena dia adalah penyembunyi kesedihan yang handal.


Pernah dalam perjalananku, aku bertemu dengan si penjual kekaguman. Yah, meski aku akui, pertama melihat wajahnya, kesan pertama yang kudapat adalah, tua. Perempuan dengan usia kira- kira 40an. Tapi melihat dia bicara dan melempar senyum kepadaku, kesan kedua yang ku dapat adalah orang ini menarik. Dan kesan itu terus berlanjut ketika dia sibuk dengan dirinya. Aku bahkan sampai lupa kopi seharga 8000 per gelas kecil. So crazy.! ......No!......this coffe is crazy!


Dan di sebuah tempat yang biasa kukunjungi untuk menjual kebosananku, aku bertemu dengan si penjual keseruan. Melakukan banyak hal tanpa malu, melompat, berteriak, bermain pasir, bermain air dan tenggelam. Di suatu tempat dimana hatiku merasa aneh ketika melakukan kebodohan itu, dia dengan bangga memamerkan bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan dari omongan orang lain. Bahwa hidup ini perlu dirayakan.


Belajar mengemasi barang berhargamu disela- sela kesibukan, membawa bekal seperlunya dan juga baju ganti. Tanpa list kunjungan akan membuat perjalananmu menjadi paling ceroboh, tapi itu sangat keren menurutku. Dan tetap saja aku tak suka pisang.