Monday 1 June 2015

Sudah ku bilang aku tak suka pisang.

Selasa malam yang menyesatkan.
Sudah saatnya sebuah kegemaran dijadikan modal jalan- jalan.

Aku pernah berharap dalam sebuah perjalananku, aku bertemu penjual kelucuan. Kau tahu dia kan? Setiap apapun yang keluar dari dirinya, adalah sebuah tawa untuk orang lain. Bahkan tawa itu akan bertahan dan berulang. Sietiap dia bicara, berjalan, jongkok, melompat, berdiri dan lelah, dia akan tetap membuat tertawa. Terlalu berlebihan untuk diberitakan di media lokal. Tapi sejujurnya, ketika siapapun melihat dia menangis, ketika aku melihat dia menangis, sejujurnya itu tak kan mungkin. Karena dia adalah penyembunyi kesedihan yang handal.


Pernah dalam perjalananku, aku bertemu dengan si penjual kekaguman. Yah, meski aku akui, pertama melihat wajahnya, kesan pertama yang kudapat adalah, tua. Perempuan dengan usia kira- kira 40an. Tapi melihat dia bicara dan melempar senyum kepadaku, kesan kedua yang ku dapat adalah orang ini menarik. Dan kesan itu terus berlanjut ketika dia sibuk dengan dirinya. Aku bahkan sampai lupa kopi seharga 8000 per gelas kecil. So crazy.! ......No!......this coffe is crazy!


Dan di sebuah tempat yang biasa kukunjungi untuk menjual kebosananku, aku bertemu dengan si penjual keseruan. Melakukan banyak hal tanpa malu, melompat, berteriak, bermain pasir, bermain air dan tenggelam. Di suatu tempat dimana hatiku merasa aneh ketika melakukan kebodohan itu, dia dengan bangga memamerkan bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan dari omongan orang lain. Bahwa hidup ini perlu dirayakan.


Belajar mengemasi barang berhargamu disela- sela kesibukan, membawa bekal seperlunya dan juga baju ganti. Tanpa list kunjungan akan membuat perjalananmu menjadi paling ceroboh, tapi itu sangat keren menurutku. Dan tetap saja aku tak suka pisang.

No comments:

Post a Comment