Wednesday 15 February 2017

Pierce

Biasanya malam seperti halnya dengan bahasa. Disana kita bisa menemukan banyak sekali susunannya. Dari sekedar bertanya kabar, sampai bahasan tentang perasaan yang ujungnya seperti angin yang bertiup. Pelan, seperti cerita yang sedang berlangsung. Seperti cerita yang biasa saja dan akan berakhir seperti yang seharusnya. Karena siapapun kita, kita hanyalah manusia yang berjalan diatas skenario.

Mungkin disini kita bisa berhenti. Bukan didepan lampu merah atau ketika kita sampai di jalan buntu. Mungkin dibanyaknya persimpangan akan membuat kita berhenti sejenak untuk kembali melihat ke belakang. Mempelajari lagi hal yang terasa tidak baik. Bahwa kita meyakini hal yang memang harus diyakini. Seperti agama yang wajar, harapan untuk masa depan, dan apapun itu.

Sedikit peregangan untuk awal yang terkesan menggebu mungkin akan mencairkan sedikit suasana. Sambil minum kopi, cemilan dan beberapa musik mungkin cocok. Di tengah cuaca yang memang paling asyik untuk berkumpul dengan keluarga. Apapun, meski kadang tak saling bicara, keluarga itu selalu menenangkan.

Lalu, adakah hal yang bisa dibantu ketika malam hanya berisi tentang lelah dengan kesibukan yang ada. Satu- satunya yang bisa dilakukan adalah tidak melakukan apapun. Sebisa mungkin untuk tidak terjebak dalam nuansa yang sudah pernah. Karena sepertinya kita mengerti bahwa hal itu tidak penting. Terasa tidak penting karena itu hanya tentang keegoisan masing- masing. Perasaan ingin dimengerti dan tidak ingin ada yang mengerti. Dan dalam perjalanannya, kita sebenarnya sedang melawan diri kita sendiri. Kita sendiri yang melawan keyakinan yang pernah kita buat. Yang pada akhirnya itu tidak akan menghancurkannya, itu justru membuatnya semakin kuat. Believe?

Sedikit tentang apa- apa yang sudah terjadi, yang belum terjadi dan yang tidak akan pernah terjadi. Sebenarnya kita bisa bersyukur untuk hal yang sudah terjadi, berdoa untuk hal yang belum terjadi dan mengihklaskan hal yang tidak akan pernah terjadi. Percaya bahwa itu adalah skenario terbaik. Tidak perlu bertanya apalagi berdebat. Karena memang dari awal kita bukanlah siapa- siapa. Kita mungkin hanya manusia yang banyak maunya.

Terimakasih.
Terimakasih untuk waktunya,