Monday 3 November 2014

Yang Pertama

Satu kalender, dua kalender, tiga kalender, dan terus berlanjut sampai jam makan malam ke seratus sejak kudeta terbuka ini dimulai. Apa yang sudah dilalui? Apa yang masih tertinggal? Apa yang harus dibuang? Apa yang harus di perjuangkan? Sampai hidangan makan malam ini habis di penghujung seratus kalender, ini akan tetap menjadi rahasia. Dan sebagai penunggu yang baik, siapapun tidak boleh protes dengan proses yang berlangsung.

2 kalender kemudian............

Lupakan seberapa jauh kita menunggu, lupakan kalori yang terpaksa terbuang percuma, karena kabar gembira bahwa satu per satu peserta sudah sampai di pusat log track. Siapkan telinga untuk cerita dari empat musim berbeda. Siapkan kopi, tissu, dan banyak cemilan agar ini tak jadi membosankan. Dan belajar menjadi pendengar yang baik, karena siapapun tidak akan tahu keistimewaan apa yang diperoleh dari mendengar. Seperti dalam acara reuni teman sekelas, dalam acara talkshow, atau dalam acara ngopi bareng.

Dengan kerendahan kaki, kebersihan tangan selesai dicuci, dan bau wangi parfum favorit di pergelangan nadi, mari siapapun dengarkan cerita dari rekan Amora.

Aku Amora. Berdasarkan kesepakatan aku berada disisi barat. Yang terlihat, disana daun- daun berwarna kuning kemerahan. Ya, disana mempunyai musim gugur. Musim dimana semua daun akan jatuh. Menutupi sebagian bahkan seluruh permukaan yang ada disana. 
Kulangkahkan kaki kiriku. Itu karena aku kidal. Berusaha seringan mungkin melewati daun daun dibawahku. Dan sesering mungkin aku mengucap ma'af atas apa yang sudah dan belum aku lakukan. Juga ketidaksopananku memperlakukan mereka yang hanya sebuah daun. Aku benar- benar takut menyakiti apa yang aku injak. 

Disana, aku seperti berjalan dalam mesin opera. Waktu seperti tak berjalan. Hanya mengisahkan beberapa elemen kering yang bahkan tanpa komunikasi. Daun- daun berserak yang memamerkan siluet siluet kering sejauh yang terlihat. Menangkap yang bisa ku tangkap, dan menjatuhkannya lagi. Dan mengulanginya lagi. Itu demi menjalin perkenalan dengan mereka yang hanya sebuah daun. Dan apa salahnya dengan daun?

Kau tahu, ada berapa banyak pengorbanan disana. Jika setiap daun yang jatuh adalah sebuah pengorbanan, maka adakah angka yang akan menyamainya? Dan bagaimana dengan pengorbanan - pengorbanan yang ada sebelum aku ada di dunia panel ini? Entahlah. Entah bagaimana aku mulai ada di dunia panel ini. Aku merasa ada banyak sekali emosi yang lahir bersamaan dengan lahirnya aku dan jenisku. Beberapa rasa sakit, beberapa sebuah harapan, perasaan senang, dan yang lain yang aku belum bisa mendiskripsikannya. Bagaimana aku dulu menjadi yang terpilih untuk mendampingi rubik diora mengikuti kudeta terbuka, sampai akhirnya karena sebuah perubahan aku ikut menjadi perserta.

Tapi, aku tak harus memikirkan hal yang sudah berlalu kan? Baik atau buruk, aku hanya ingin melakukannya dengan cara yang benar. Mulai sekarang.

Sebenarnya ada banyak hal yang harus disyukuri. Termasuk ketika siapapun tidak mengerti apa yang dimaksudkan. Tapi, justru hal itulah yang membuat siapapun saling mentertawakan, saling protes, saling cemberut, dan saling berbagi ekspresi. Itu lebih lucu dari pesan facebook yang tidak dibalas. Mari siapapun, tepukkan tangan kalian untuk ketidakpahaman  ini, dan mari saling mentertawakan.


No comments:

Post a Comment